Wednesday, September 16, 2015

Makalah BAKAT DAN INTELEGENSI - Makalah Indonesia

Makalah BAKAT DAN INTELEGENSI 

(Kelas Sosial, Dikotomi Desa-Kota, Dan Peran Jenis)


BAKAT DAN INTELEGENSI
(Kelas Sosial, Dikotomi Desa-Kota, Dan Peran Jenis)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun Oleh:
Kelompok 3
1.      Widia Astuti                           NPM: 1287203007
2.      Marliya Fazrina                    NPM: 1287203021
3.      Yeni Andriani                        NPM: 1287203039
4.      Widya Tri Aulia                    NPM: 1287203041
5.      Panji Sukma Nurdilaga        NPM: 1287203048

Dosen Pengampu : Jayadi, S.Pd, M.Si
Semester : III (Tiga)

Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Muhammadiyah
Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Muhammadiyah Sampit
Tahun Akademik 2012/2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat merampungkan makalah ini yang sekarang sudah ada ditangan pembaca.
Kata terima kasih kami ucapkan kepada rekan-rekan di STKIP Muhammadiyah Sampit ini, atas bantuannya terhadap penyelesaian pembuatan makalah ini. Besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna untuk para pembaca. Terutama untuk mahasiswa dan dosen dalam proses perkuliahan, agar dapat mendorong dan membantu para citivas akademik dalam mencari informasi yang relevan dan aktual. Adapun selain untuk halaman kampus, makalah ini berguna terutama untuk menyelami dan memperluas wawasan pembaca.
Akhir kata yang kami ucapkan mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan disana-sini. Pikiran kritis dan simbang saran sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini.
Sampit,  23 september 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULAN........................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
Kelas Sosial.................................................................................................... 3
Dikotomi Desa-Kota...................................................................................... 5
Peran Jenis...................................................................................................... 14
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 17
Kesimpulan..................................................................................................... 17
Daftar Pustaka........................................................................................................... 18



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Seiring dengan kamajuan zaman, pola-pola dan gaya hidup pun telah memberikan kesadaran akan perbedaan kelas sosial baik itu dari kesenjangan sosial, stratifikasi sosial dan lapisan-lapisan sosial yang ada didalam kehidupan masyarakat. Adapun salah satu contoh yang jelas ialah antara kelas sosial masyarakat kota dan masyarakat perdesaan serta fungsi sosial bagi kaum lelaki dan kaum perempuan, baik secara kehidupan, pekerjaan, pengetahuan, dan lain-lain. Namun yang paling menonjol ialah keterbatasan masyarakat perdesaan pada bidang teknologi informasi dan komunikasi yang salah satu penyebabnya ialah keterbatasan sarana dan prasarana akan hal tersebut.
Kemajuan zaman juga jelas terlihat pada statusiasi peran jenis antara kaum lelaki dan kaum perempuan, yang kalau pada zaman dahulu kaum perempuan hanyalah dianggap sebagai kaum yang lemah yang tugasnya hanya didapur, ranjang, dan sumur, sedangkan kaum lelakilah yang mendominasi pada kehidupan masyarakat dulu. Tetapi tidak untuk zaman sekarang. Perbedaanperbedaan tersebut untuk zaman sekarang sudah tak terlihat lagi. Dimana dalam dunia sosial peran antara kaum lelaki dan kaum perempun disamaratakan atau sejajar.
Oleh karena itu, tujuan dibuatnya makalah ini untuk memperluas dan menambah wawasan dalam bidang bakat dan intelegensi dalam hal kelas sosial, dikotomi desa-kota dan peran jenis.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengaruh kelas sosial bagi intelegensi manusia?
2.      Sebutkan macam-macam kelas sosial?
3.      Apa perbedaan intelegensi anak-anak dikota dan didesa?
4.      Bagaimana perbedaan intelegensi antara laki-laki dan perempuan?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kelas Sosial
Menurut Cage dan Berliner (1979) Kelas social dapat diukur dari satu atau lebih indikator seperti pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, tempat tinggal, dan tingkat pendidikan orang  tua. Havighurst (dalam Cage danBer- liner, 1979) mencoba mengkombinasikan skor-skor dalam beberapa suatu kombinasi dari empat kelas sosial pada siswa-siswa kelas V SD disuatu kota kecil, River City. Dari hasil studinya jelas terlihat bahwa terdapat kecenderungan yang sama antara anak Iaki-laki dan anak perempuan.
Horton ( 1989 : 5 ) kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan ) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan ) status sosial.
Kelas social atas biasanya mendapat penghormatan atau di hormati oleh kelas social dibawahnya karena beberapa keunggulan yang dimiliki kelas social atas misalnya kedudukan sosialnya maupun kekayaanya. Setiap kelas social yang ada, mereka yang ada di dalamnya biasanya memiliki kebiasaan dan perilaku dan gaya hidup yang sama. Misalnya kelas social atas kebiasaan belanjanya ke Mall atau ke super Market yang ada. Pola makan mereka dengan berbagai macam komsumsi yang bervariasi untuk setiap harin6ya dengan menu makan yang memenuhi empat sehat lima sempurna. Kelas bawah tentunya akan belanja di warung-warung terdekat dengan pola makan seadanya bahkan sering kita jumpai mereka makan jauh dari kebutuhan gizi yang diperlukan.
Pola-pola social dan gaya hidup telah memberikan kesadaran mereka akan kelas social yang mereka miliki, walaupun mereka tidak menghendaki untuk menduduki kelas social bawah, namun mereka menyadari kelas social yang mereka miliki atau digolongkan; oleh karena itu kesadaran kelas social ini akan membawa konsekuensi pola-pola perilaku yang berbeda antara kelas sosial satu dengan kelas social yang lain.
Kelas social dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu :
1.                       Kelas Sosial Terbuka
Kelas social terubuka memungkinkan anggota kelas social yang ada berpindah atau bergeser ke kelas social yang lain baik vertilkal ke atas maupun vertical ke bawah. Kelas social terbuka biasanya terdapat pada masyarakat modern dimana keterkaitan dengan adat semakin kecil, sehingga symbol-simbol adat yang ada sebagai symbol dari kelas social tertentu sudah tidak ada lagi.
2.                       Kelas Sosial Tertutup
Kelas social dikategorikan tertutup manakala sedikit kemungkinan orang bergeser dari kelas social tertentu ke kelas social yang lain, baik vertikal ke atas maupun vertuikal ke bawah. Kasta di masyarakat India misalnya merupakan salah satu contoh kelas social yang bersifat tertutup, system kelas social kasta tidak memungkinkan orang untuk berpindah kasta apalagi dari kasta ke kasta atas. Kedudukan social seseorang diperoleh melalui jalur keturunan atau hubungan darah.

B.     Dikotomi Desa-Kota
Dikotomi kota dan desa dalam perencanaan pembangunan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Bahkan dikotomi tersebut diarahkan pada tercapainya kesesuian tindakan pembangunan terhadap kebutuhan desa maupun kota dalam memenuhi fungsi optimalnya. Kota sebagai pusat aglomerasi kegiatan ekonomi dan sosial, memiliki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi. Disisi lain, daerah yang bukan perkotaan disebut sebagai perdesaan sehingga dapat didefinisikan bahwa di daerah inilah tingkat kepadatan pendududk diperkirakan lebih rendah daripada perkotaan. Kegiatan ekonomi dan sosial pun jauh lebih sedikit.
Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan-perbedaan yang ada mudah-mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagai masyarakat pedesaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri-ciri tersebut antara lain :

1)   Morfologi
2)    Jumlah dan kepadatan penduduk;
3)   Lingkungan hidup;
4)   Mata pencaharian;
5)   Corak kehidupan sosial;
6)   Stratifikasi sosial;
7)   Mobilitas sosial;
8)   Pola interaksi sosial;
9)   Solidaritas sosial; dan
10) Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional.


A. Aspek Morfologi
Menurut Sapari Imam Asy’ari (1993), dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal, tinggi dan serba kokoh. Tetapi pada prakteknya criteria tersebut sukar dipakai pengukuran, karena banyak kita temukan di bagian-bagian kota tampak seperti desa misalnya di daerah pinggiran kota, sebaliknya terdapat juga desa-desa yang mirip dengan kota.
Jika di daerah kota banyak gedung-gedung pencakar langit dan rumah penduduk yang sangat rapat, di desa lebih pada pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau masyarakat yang lebih agraris, serta bangunan rumah tinggal yang jarang.



B.  Jumlah Dan Kepadatan Penduduk
Dari aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil penduduk dengan kepada yang rendah.
Dari aspek jumlah penduduk secara praktis dapat membedakan antara kota dan desa. Jumlah penduduk kota lebih banyak jika di bandingkan di desa. Jumlah penduduk kota semakin banyak Karena pertambahan secara alami danjuga karena adanya urbanisasi penduduk desa ke kota. Sedangkan didesa semakin kekurangan pekerja lahan pertanian karena banyak dari golongan pemuda di desa yang pergi ke kota untuk berbagai tujuan, misalnya untuk sekolah ataupun bekerja. Pertambahan penduduk yang cepat di kota tentu akan mengakibatkan adanya kepadatan penduduk yang tinggi pula sedangkan luas lahan tidak bertambah.

C.  Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup di pedesaan sangat jauh berbeda dengan di perkotaan. Lingkungan kota lebih kurang sehat jika dibandingkan dengan yang ada di lingkungan desa seperti yang di ungkapkan oleh Drs. N. Daldjoeni:
“Disimpulkan para peririset kesehatan kota bahwa persentasi korban dari pencemaran di kota melebihi yang ada di pedesaan. Di perkotaan persediaan banyaknya air bagi keluarga-keluarga bergantung pada tinggi rendahnya penghasilan.”
Lingkungan pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas. Udaranya bersih, sinar matahari cukup, tanahnya segar diselimuti berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan berbagai satwa yang terdapat di sela-sela pepohonan. 
Semua ini sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang sebagian besar dilapisi beton dan aspal. Bangunan-bangunan menjulang tinggi saling berdesak-desakan dan kadang-kadang berdampingan dan berhimpitan dengan gubug-gubug liar dan pemukiman yang padat. Udara yang seringkali terasa pengap, karena tercemar asap buangan cerobong pabrik dan kendaraan bermotor. Kota sudah terlalu banyak mengalami sentuhan teknologi, sehingga penduduk kota yang merindukan alam kadang-kadang memasukkan sebagian alam ke dalam rumahnya, baik yang berupa tumbuh-tumbuhan, bahkan mungkin hanya gambarnya saja.

D.    Mata Pencaharian
Perbedaan paling menonjol adalah pada mata pencaharian. Kegiatan utama penduduk desa berada di sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris. Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian, peternakan dan termasuk juga perikanan darat. Sedangkan kota merupakan pusat kegiatan sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri.
Jadi kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan mentah, baik bahan kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lain bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Sedangkan kota mengolah bahan-bahan mentah yang berasal dari desa menjadi bahan-bahan setengah jadi atau mengolahnya sehingga berwujud bahan jadi yang dapat segera dikonsumsikan.
Dari segi penghasilan masyarakat desa dan masyarakat kota sangat berbeda jauh. Masyarakat  kota biasanya memiliki lebih banyak penghasilan dibandingkan dengan masyarakat di desa. Dan hasil penghasilan merekalah yang akan mempengaruhi gaya kehidupan mereka. Masyarakat yang memiliki penghasilan yang tidak cukup banyak mungkin akan lebih belajar untuk menghemat uang mereka dan menggunakan mereka sebaik-baiknya untuk menyambung hidup mereka dan biasanya penghasilan masyarakat yang lebih besar yang biasanya masyarakat perkotaan biasanya mereka lebih boros dalam penggunaan penghasilan mereka. Maka dari segi penghasilanlah yang membedakan biaya hidup di kota jauh lebih mahal dibandingkan didesa. Biaya hidup didesa yang jauh lebih murah dibandingkan didesa. Karena segala sumber daya makanan yang ada dikota biasanya berasal dari desa sehingga harga dikota jauh lebih mahal dibandingkan didesa

E.  Corak Kehidupan Sosial
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, dll. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

F.   Stratifikasi Sosial
Beranekaragamnya corak kegiatan di bidang ekonomi berakibat bahwa sistem stratifikasi sosial kota jauh lebih kompleks daripada di desa. Misalnya saja mereka yang memiliki keahlian khusus dan bidang kerjanya lebih banyak memerlukan pemikiran memiliki kedudukan lebih tinggi dan upah lebih besar daripada mereka yang dalam sistem kerja hanya mampu menggunakan tenaga kasarnya saja. Hal ini akan membawa akibat bahwa perbedaan antara pihak kaya dan miskin semakin menyolok.

G. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota, seseorang memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertikal yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah, maupun horisontal yaitu perpindahan ke pekerjaan lain yang setingkat.
Namun di desa kesempatan mobilitas sosial lebih sedikit, hal ini disebabkan karena karakter sosial penduduk desa lebih homogen. Misalnya dalam pekerjaan. Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani.

H. Pola Interaksi Sosial
Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan struktur sosial sangat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga sosial  yang ada pada masyarakat tersebut. Karena struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ada di pedesaan sangat berbeda dengan di perkotaan, maka pola interaksi sosial pada kedua masyarakat tersebut juga tidak sama. Pada masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosial adalah motif-motif sosial.
Dalam interaksi sosial selalu diusahakan agar kesatuan sosial tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan sampai terjadi. Bahkan kalau terjadi konflik, diusahakan supaya konflik tersebut tidak terbuka di hadapan umum. Bila terjadi pertentangan, diusahakan untuk dirukunkan, karena memang prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan, karena masyarakat ini sangat mendambakan tercapainya keserasian dalam kehidupan berinteraksi.

I.       Solidaritas Sosial
Dari segi sikap masyarakat desa jauh lebih dapat bersosialisasi dibandingkan dengan masyarakat dikota. Masyarakat didesa lebih berkerabat antara satu dengan yang lainnya. Karena didesa yang paling penting adalah saling membantu, saling menolong, saling menghargai dan menghormati. hal-hal itulah yang menjadikan masyarakat didesa jauh lebih dapat bersosialisasi dibandingkan dengan masyarakat dikota. Masyarakat dikota banyak yang kurang dapat bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan sekitar mereka. Hal ini dibuktikan di kota banyak perumahan yang mendirikan pagar setinggi 2 meter lebih sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui siapa yang tinggal di rumah tersebut. Masyarakat di perkotaan banyak yang lebih suka menyendiri dibandingkan berkumpul antar tetangga. Hal inilah yang membedakan masyarakat desa dan masyarakat kota dalam bersosialisasi antar masyarakat sekitar di lingkungan mereka.

J.       Kedudukan Dalam Hierarki Sistem Administrasi Nasional
Di samping motif ekonomi, maka motif-motif nasional lainnya juga banyak mempengaruhi kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional, misalnya saja politik, pendidikan, kadang-kadang juga dalam hierarki sistem administrasi nasional, maka kota memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada desa. Di negara kita misalnya, urut-urutan kedudukan tersebut adalah: ibukota negara, kota propinsi, kota kabupaten, kota kecamatan, dan seterusnya. Semakin tinggi kedudukan suatu kota dalam hierarki tersebut, kompleksitasnya semakin meningkat, dalam arti semakin banyak kegiatan yang berpusat di sana. Kompleksitas di bidang administrasi nasional atau kenegaraan ini biasanya sejajar dengan kompleksitas di bidang kemasyarakatan lainnya, misalnya saja bidang ekonomi atau politik. Jadi ibukota Negara di samping menjadi pusat kegatan pemerintahan, biasanya sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. Belum ada angka yang pasti mengenai jumlah pengangguran penuh di Indonesia, tetapi jumlah setengah pengangguran semakin lama semakin meprihatinkan.

K.  Perbedaan desa dan kota secara kualitatif
Masih banyak ahli yang membahas perbedaan kota dan desa selain yang sudah dipaparkan di atas. Prof  Drs. Bintarto menjelaskan perbedaan antara masyarakat kota dan desa secara kualitatif seperti yang ada dalam tabel berikut:
NNo
Unsur-unsur perbedaan
Desa
Kota
11
Mata pencaharian
Agraris-homogen
Non agraris-heterogen
22
Ruang kerja
Lapangan terbuka
Ruang tertutup
33
Musim/cuaca
Penting dan menentukan
Tidak penting
44
Keahlian/keterampilan
Umum dan tersebar
Ada spesialisasi
55
Rumah dan tempat kerja
Dekat
Berjauhan
66
Kepadatan penduduk
Tidak padat
Padat
77
Kontak sosial
Frekuensi kecil
Frekuensi besar
88
Stratifikasi sosial
Sederhana dan sedikit
Komplek dan banyak
99
Lembaga-lembaga
Terbatas dan sederhana
Banyak dan kompleks
110
Control sosial
Adat/tradisi
Hokum/peraturan tertulis
111
Sifat kelompok masyarakat
Gotong royong akrab (gemeinschalf)
Geselfschalf
112
Mobilitas
Rendah
Tinggi
113
Status sosial
Stabil
Tidak stabil
C.    Peran  Jenis
Menurut Cage dan Berliner (1979) pada masyarakat umum maupun dalam dunia  kedokteran, telah diterima adanya polaritas pria dan wanita dengan segala karakteristik  kepribadiannya. Pria selalu diasosiasikan dengan kekuatan, asertif, dan impulasif; sementara   wanita diasosiasikan dengan pasif, sabar, dan lembut. Hal ini lebih banyak terjadi pada   masyarakat tradisional dari pada masyarakat  modern. Pada masyarakat modern, pria dan  wanita mendapatkan hak dan kewajiban yang sarna untuk mencapai tujuan hidupnya.
Menurut Crow dan Crow (1989), anak laki-Iaki dan anak perempuan cenderung  memperlihatkan sedikit perbedaan intelegensi. Bisa jadi yang terjadi perbedaan hanyalah pada  perbedaan kemampuan mental dian tara anak laki- laki dengan Iaki-laki dewasa daripada di antara anak perempuan.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antarapria  dan wanita dalam hal intelegensi secara umum (Cage  dan Berliner,   1979; Crow dan Crow,  1989). Jikalau terjadi perbedaan dalam bidang lain, hal ini lebih banyak disebabkan oleh  pengalaman hidup yang berbeda dan bukannya karena masalah potensi dasarnya.
Beberapa perbedaan kemampuan antara pria dan wanita akan banyak dibahas dibawah  ini, yang  kesemuanya itu disarikan dari buku "Educational Psychology" karangan N.L. Cage  dan David C. Berliner (1979):
Kemampuan Verbal. Setelah dilakukan pengukuran ternyata wanita lebih unggul dalam   Kemampuan Verbal dibandingkan pria. Hal ini disebabkan karena wanita umumnya belajar   lebih awal dalam bicara, menggunakan kalimat, penggunaan variasi kata-kata yang lebih   banyak, dan dalam hal pengucapan. Akan tetapi dalam penalaran verbal, keunggulan ini tidak  dapat dibuktikan lagi. Perbedaan Kemampuan Verbal disebabkan karena faktor budaya dari pada  faktor  biologis.
Kemampuan Matematika. Pada masa pra-sekolah tidak terdapat perbedaan yang  berarti antara anak laki-Iaki dengan anak perempuan dalam kemampuan matematika. Akan  tetapi pada perkembangan selan jutnya, anak laki-laki ternyata lebih unggul terutama pada  masa SMA dan perguruan tinggi. Perbedaan belum jelas benar apa yang menjadi   penyebabnya. Ada dugaan bahwa itu merupakan manifestasi dari harapan budaya masyarakat   yang lebih banyak bertumpu pada pria.
Kemampuan Spasial (Pandang Ruang). Kemampuan spasial pria ternyata terbukti  lebih menonjol dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan karena perbedaan genetik yang kemudian dikenal sebagai cross sex parental; dimana wanita mewarisi kemampuan spasial    dari ayah, sedangkan pria mewarisi kemampuan ibunya.
Problem Solving. Umumnya pria lebih mampu memecahkan masalah-masalah yang  lebih kompleks, karena mereka lebih mampu menggunakan konsep yang lebih luas dengan berbagai kategori. Mereka juga lebih mampu dalam memfokuskan pemecahan masalah dengan  orientasi masa depan, serta menyingkirkan hal-hal yang kurang relevan untuk masa depan. Pria  juga menunjukkan rasa ingin tahu, tidak konservatif; sedangkan wanita lebih konservatif.     Akan tetapi dalam hal hubungan manusia, wanita umumnya memiliki penampilan yang lebih  unggul.
Orientasi Prestasi. Wanita umumnya memiliki cara yang berbeda dengan pria dalam  mencapai prestasi. Wanita mengekspresikan motif berprestasinya dalam upayanya untuk  mencapai keberhasilan melalui jalur-jalur yang sudah ditetapkan oleh harapan masyarakat.    Berbeda halnya dengan pria, wanita harus mengarah untuk menjadi pekerja sosial, perawat,    dan sebagainya. Sementara pria akan  memacu prestasi dibidang mekanik, spasial, atletik, dan sebagainya. Apabila hal ini terjadi sebaliknya, maka baikpria maupun wanita akan mendapat   kecaman oleh masyarakat.
ada usia SLTP/SLTA, wanita ternyata menunjukkan tingkat aspirasi dan kinerja standar  yang lebih mantap dalam bidang bahasa, social-skill, dan artistik. Apabila suatu tugas akan  dirancang, maka harapannya akan lebih baik apabila ditangani oleh wanita. Akan tetapi, wanita  dihinggapi ketakutan untuk sukses (fear  for  success) dalam bidang intelektual, sehingga   mereka umumnya lebih memusatkan perhatiannya pada bidang-bidang sosial.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengaruh dari adanya kelas sosial terhadap perilaku seseorang begitu tampak dari gaya hidup mereka dan pendidikan pun juga mempengaruhi, karena kelas sosial atas biasanya akan selalu mendapat penghormatan atau dihormati oleh kelas sosial dibawahnya. Sedangkan bagi kelas sosial dari status yang lebih rendah biasanya tidak akan mendapatkan penghormatan yang lebih. Dan antara kelas sosial dikota dan didesa pun sangatlah berbeda. Dapat dilihat dari cara berpakaian, corak kehidupan sosial, pola interaksi sosial, lingkungan hidup dan pendidikan. Biasanya tingkat kelas sosial yang ada diperdesaan cenderung berbeda dengan tingkat kelas sosial yang ada dikota. Dan tentang peran jenis antara kaum perempuan dan kaum laki-laki , dimana kedua pelaku ini mempunyai peran yang sama. Tetapi ada pada suatu situasi dimana peran kedua subjek ini berbeda, ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Dan perbedaan juga dapat ditemukan pada kemampuan masing-masing jenis seperti yang dijelaskan dimakalah ini.




DAFTAR PUSTAKA

1.         http://www.psikomedia.com/art/artikel.php?id=22, diakses pada tanggal 23 September 2013.
2.         http://umichan-chirigaku.blogspot.com/2011/07/dikotomi-desa-dan-kota.html, diakses pada tanggal 23 September 2013.
3.         https://docs.google.com/file/d/0BwDRi6qfZvQ7N3JfYnNYYmhWWm8/edit?pli=1, diakses pada tanggal 23 September 2013.

No comments:

Post a Comment